Oleh
:
Randy Putu Pratahama
28214897
ABSTRAK
Penelitian
ini dilakukan pada PT. Astra International Tbk. dimana hasil analisis rasio
likuiditas selama tigan tahun terakhir dengan indikator current ratio dengan indikator current
ratio selama tiga tahun terakhir
cenderung meningkat. Ini disebabkan karena kenaikan aktiva lancar dibarengi
dengan kenaikan hutang lancar. Sedangkan rasio profitabilitas dengan
menggunakan net profit matgin, asset
turnover, return on investment, return on equity selama tiga tahun terakhir
dari tahun 2013 sampai dengan 2015 maka dapat disimpulkan manajemen masih belum
dapat memanfaatkan aktiva perusahaan seefektif mungkin dan manajemen perusahaan
yang masih kurang efisien dalam melakukan pengendalian biaya-biaya tiap
tahunnya.
PENDAHULUAN
Pada era perkembangan ekonomi saat ini banyak
perusahaan yang bergerak pada bidang yang sejenis, hal ini membuat perusahaan
untuk saling bersaing untuk membuat produk yang baik agar di sukai oleh
konsumen dengan tujuan agar perusahaan bisa mendapatkan laba semaksimal
mungkin. Dengan perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal maka akan
terpenuhi pula kelangsungan bisnis dari perusahaan tersebut.
Untuk mengambil keputusan yang strategik para pelaku
bisnis memerlukan informasi mengenai kondisi dari kinerja suatu perusahaan.
Untuk mendapatkan informasi yang relevan, para pemakai informasi dapat mengenggunakan laporan keuangan untuk
melakukan analisa terhadap baik atau tidaknya kondisi suatu perusahaan.
Dengan menjaga kelangsungan bisnis perusahaan harus
mepertimbangkan beberapa faktor, antara lain faktor likuiditas dan
profitabilitas, dua faktor tersebut mutlak sangat penting karena dapat
menggambarkan kondisi suatu perusahaan. Likuiditas perusahaan menyangkut
bagaimana kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Sedangkan profitabilitas perushaan menyangkut bagaimana suatu perusahan menghasilkan laba atau
keuntungan.
Jumlah alat pembayaran yang dimiliki suatu
perusahaan kadang kala tidak cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya, oleh
karena itu perusahaan harus memiliki jumlah alat pembayaran yang lebih besar
dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancarnya dengan kata lain perusahaan
tersebut mempunyai kemampuan untuk membayar.
Namun sering terjadi perusahaan tidak mampu
menyeimbangkan hal tersebut dimana suatu posisi likuiditas tidak memadai akibat
perusahaan cenderung hanya untuk memaksimalkan labanya saja tanpa mengatur
pengelolaan likuiditasnya atau karena perusahaan terlalu memperhatikan
lukuiditas tanpa memperhatikan profitabilitasnya.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh likuiditas dan
profitabilitas pada PT. Astra International Tbk. selama 3 tahun terakhir mulai
tahun 2013 sampai dengan 2015.
Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui Bagaimana pengaruh likuiditas dan profitabilitas pada PT. Astra
International Tbk. selama 3 tahun terakhir mulai tahun 2013 sampai dengan 2015.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Agar penelitian ini berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan oleh penulis maka di perlukan jenis dan
sumber data sebagai berikut :
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa data kuantitatif yang berupa angka-angka yang berhubungan dengan
pembahasan penelitian ini.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder, data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif berupa
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba-rugi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi lapangan, yaitu data
sekunder diperoleh melalu situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
dan studi kepustakaan yang diperoleh melalui buku buku atau literatur-literatur
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teknik Analisis
Teknik
analisis dalam penelitian adalah dengan metode analisis deskriptif kuantitatif,
alat analisis yang digunakan adalah rasio likuiditas dan rasio profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
a.
Current ratio
b. Quick ratio
c. Cash ratio
2.
Rasio
Profitabilitas
a.
Net Profit Margin
b.
Asset Turnover
c.
Return On Investment
d.
Return On Equity
HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio likuiditas suatu
perusahaan sangat tergantung bagaimana perusahaan tersebut mengelola aktiva
yang dimiliki.
Untuk
menganalisis tingkat likuiditas PT. Asta International Tbk. selama tiga tahun
terakhir (tahun 2013-2015) penulis menggunakan current ratio, quick ratio, cash ratio.
1.
Current ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Cara menghitung current
ratio yaitu membandingkan aktiva
lancar dengan hutang lancar. Semakin besar rasio menandakan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya demikian pula
sebaliknya.
Tabel 1
Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Aktiva Lancar
|
88.352.000.000
|
97.241.000.000
|
105.161.000.000
|
Hutang Lancar
|
71.139.000.000
|
74.241.000.000
|
76.242.000.000
|
Sumber : Data olahan
Tahun
2013 =
= 124,2%
Tahun
2014 =
= 130,9%
Tahun
2015 =
= 137,9%
Dari hasil analisis data di atas
dapat dilihat current ratio perusahaan
antara tahun 2013 sampai dengan 2015 sebagai berikut:
1. Pada tahun 2013 current
ratio perusahaan 124,2% yang di
peroleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp. 88.352.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 71.139.000.000,-.
Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar
Rp. 1.242,-
2. Pada tahun 2014 current
ratio perusahaan mengalami
peningkatan dari 124,2% pada tahun 2013
menjadi 130,9% yang di peroleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp. 97.241.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp.
74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh
aktiva lancar sebesar Rp. 1.309,-
3. Pada tahun 2015 current
ratio perusahaan mengalami
peningkatan dari 130,9% pada tahun 2014
menjadi 137,9% yang di peroleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp. 105.161.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp.
76.242.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh
aktiva lancar sebesar Rp. 1.379,-
Berdasarkan
hasil analisis current ratio diatas dapat melihat bahwa likuiditas
perusahaan, apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2013-2015 cenderung
meningkat. Karena rata-rata current ratio
diatas 100% dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid atau
perusahaan dapat menjamin semua hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar
yang ada, dengan demikian perusahaan dapat melunasi kewajiban-kewajibannya yang
segera jatuh tempo.
2.
Quick ratio
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban finansialnya atas aktiva yang paling likuid. Semakin besar
rasio menandakan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya. Cara mengukur rasio ini dengan membandingkan aktiva lancar
dikurangi persediaan dengan hutang lancar
Tabel 2
Aktiva Lancar, Persediaan, Hutang Lancar
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Aktiva Lancar
|
88.352.000.000
|
97.241.000.000
|
105.161.000.000
|
Persediaan
|
14.443.000.000
|
16.986.000.000
|
18.337.000.000
|
Hutang Lancar
|
71.139.000.000
|
74.241.000.000
|
76.242.000.000
|
Sumber : Data olahan
Tahun
2013 =
= 103,9%
Tahun
2014 =
= 108,1%
Tahun
2015 =
= 113,9%
Dari
hasil analisis data di atas dapat dilihat quick
ratio perusahaan antara tahun 2013 sampai dengan 2015 sebagai berikut:
1. Pada tahun 2013 quick
ratio perusahaan 103,9% yang di
peroleh dari perbandingan quick assets
sebesar Rp. 73.909.000.000,- dengan hutang lancar
sebesar Rp. 71.139.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar
dijamin oleh quick assets sebesar Rp.
1039,-
2. Pada tahun 2014 quick
ratio perusahaan mengalami
peningkatan dari 103,9% pada tahun 2013
menjadi 108,1% yang di peroleh dari perbandingan quick assets sebesar Rp. 80.255.000.000,-
dengan hutang lancar sebesar Rp. 74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp.
1,- hutang lancar dijamin oleh quick
assets sebesar Rp. 1081,-
3. Pada tahun 2015 quick
ratio perusahaan mengalami
peningkatan dari 108,1% pada tahun 2014
menjadi 113,9% yang di peroleh dari perbandingan quick assets sebesar Rp. 86.824.000.000,-
dengan hutang lancar sebesar Rp. 74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp.
1,- hutang lancar dijamin oleh quick
assets sebesar Rp. 1139,-
Dari hasil analisis
dapat dilihat tingkat likuiditas yang diukur dengan quick ratio pada tahun 2013-2015 berada diatas 100%. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perusahaan mampu menjamin semua hutang jangka pendeknya dengan quick assets pada saat jatuh tempo.
3.
Cash ratio
Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban finansialnya dengan
kas dan setara kas. Semakin kecil rasio menandakan semakin kecil pula kemampuan
perusahaann untuk memenuhi kewajiban finansialnya, yang dihitung dengan cara
membandingkan kas dan setara kas dengan hutang lancar.
Tabel 3
Kas & setara kas, Hutang Lancar
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Kas & setara kas
|
18.557.000.000
|
20.902.000.000
|
27.102.000.000
|
Hutang Lancar
|
71.139.000.000
|
74.241.000.000
|
76.242.000.000
|
Sumber : Data olahan
Tahun
2013 =
= 25,5%
Tahun
2014 =
= 28,2%
Tahun
2015 =
= 35,5%
Dari
hasil analisis data di atas dapat dilihat cash
ratio perusahaan antara tahun 2013 sampai dengan 2015 sebagai berikut:
1. Pada tahun 2013 cash
ratio perusahaan 25,5% yang di
peroleh dari perbandingan kas&setara kas sebesar Rp. 18.157.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 71.139.000.000,-.
Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,255,-
2. Pada tahun 2014 cash
ratio perusahaan mengalami
peningkatan dari 25,5% pada tahun 2013
menjadi 28,2% yang di peroleh dari perbandingan kas&setara kas sebesar Rp. 20.902.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp.
74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,282,-
3. Pada tahun 2015 current
ratio perusahaan mengalami
peningkatan dari 28,2% pada tahun 2014
menjadi 35,5% yang di peroleh dari perbandingan kas&setara kas sebesar Rp. 27.102.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp.
76.242.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh
aktiva lancar sebesar Rp. 0,355,-
Dari hasil analisis dapat dilihat tingkat likuiditas
yang di ukur dengan cash ratio cenderung meningkat. Dengan hasil perhitungan
yan diukur berada dibawah 100% artinya bahwa dana yang tertanam dalam
perusahaan dapat digunakan untuk membayar hutang lancar yang segera harus
dilunasi.
Analisis
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan
seberapa besar kamampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama
periode tertentu.
Dengan menganalisa profitabilitas
PT. Astra International Tbk. selama tiga tahun terakhir ( tahun 2013-tahun
2015), penulis menggunakan net profit
margin, asset turnover, return on equity, return on investment
1.
Net
Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio untuk membandingkan antara laba
bersih dengan penjualan bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba atas volume penjualan semakin tinggi net
profit margin, maka semakin baik operasi dari suatu perusahaan tersebut.
Tabel
4
Laba
Bersih, Penjualan Bersih
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Laba Bersih
|
22.297.000.000
|
22.131.000.000
|
15.613.000.000
|
Penjualan Bersih
|
193.880.000.000
|
201.701.000.000
|
184.196.000.000
|
Sumber : Data
olahan
Tahun
2013 =
= 11,5%
Tahun
2014 =
= 10,97%
Tahun
2015 =
= 8,47%
Berdasarkan analisis net profit margin diatas, maka dapat di
peroleh gambaran bahwa pada tahun 2013 net
profit margin sebesar 11,5%. Ini
berarti bahwa setiap Rp. 1,- penjualan akan menghasilkan keuntungan bersih Rp.
0,1150
Pada tahun 2014 terjadi penurunun
yaiu dari 11,5% pada tahun 2013 turun menjadi 10,97% pada tahun 2014. Ini
berarti setiap Rp. 1,- penjualan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp. 0,1097,-.
Pada tahun 2015 terjadi penurunun
yaiu dari 10,97% pada tahun 2014 turun menjadi 8,47% pada tahun 2015. Ini
berarti setiap Rp. 1,- penjualan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp. 0,0847,-.
Dari hasil perhitungan tersebut, tingkat
net profit margin yang dicapai
perusahaan selama tiga tahun terakhir menurun. Ini disebabkan oleh tingkat
penjualannya yang mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir.
2.
Asset Turnover
Asset
turnover merupakan rasio yang
membandingkan penjualan bersih dengan total aktiva. Rasio ini menunjukan
tingkat efisiensi aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan
tertentu. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin efisien penggunaan
keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Tabel
5
Penjualan
Bersih, Total aktiva
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Total Aktiva
|
213.994.000.000
|
236.027.000.000
|
245.435.000.000
|
Penjualan Bersih
|
193.880.000.000
|
201.701.000.000
|
184.196.000.000
|
Sumber : Data
olahan
Tahun
2013 =
= 0,90 kali
Tahun
2014 =
= 0,85 kali
Tahun
2015 =
= 0,75 kali
Berdasarkan perhitungan diatas
terlihat jelas bahwa total asset turnover
dari tahun ketahun mengalami penurunan.
Asset turnover yang dicapai perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar 0,90
kali
Pada tahun 2014 terjadi penurunan asset turnover sebesar 0,90 pada tahun
2013 menjadi 0,85 kali pada tahun 2014. Sedangkan tahun 2015 juga mengalami
penurunan sebesar 0,85 kali pada tahun 2014 menjadi 0,75 kali pada tahun 2015.
Penurunan asset turnover dari tahun ketahun disebabkan karena adanya
prosentase penurunan penjualan dibandingkan dengan prosentase kenaikan total
aktiva.
3.
Return On
Investment (ROI)
ROI merupakan
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal untuk
memperoleh keuntungan bersih.
Tabel
6
Laba
Bersih, Total aktiva
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Total Aktiva
|
213.994.000.000
|
236.027.000.000
|
245.435.000.000
|
Laba bersih
|
22.297.000.000
|
22.131.000.000
|
15.613.000.000
|
Sumber : Data
olahan
Tahun
2013 = 00%
= 10,42%
Tahun
2014 =
= 9,38%
Tahun
2015 = 00%
= 6,36%
Dari hasil perhitungan diatas, maka
didapat dilihat bahwa ROI tahun 2013 sebesar 10,41%, tahun 2014 sebesar 9,38%,
dan tahun 2015 sebesar 6,36%. Kondisi ini menunjukan bahwa penggunaan aktiva
perusahaan belum efisien dan rendahnya tingkat laba yang dihasilkan oleh
keseluruhan penggunaan aktiva.
4.
Return On Equity
(ROE)
ROE merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas modal sendiri dengan membandingkan
laba bersih dengan total aktiva.
Tabel
7
Laba
Bersih, Modal sendiri
Uraian
|
2013
(Rp)
|
2014
(Rp)
|
2015
(Rp)
|
Modal sendiri
|
106.188.000.000
|
120.187.000.000
|
126.553.000.000
|
Laba bersih
|
22.297.000.000
|
22.131.000.000
|
15.613.000.000
|
Sumber : Data
olahan
Tahun
2013 = 00%
= 20,99%
Tahun
2014 =
= 18,41%
Tahun
2015 = 00%
= 12,34%
Dari perhitungan diatas ,maka di
dapat ROE tahun 2013 sebesar 20,99%, tahun 2014 sebesar 18,41%, tahun 2015
sebesar 12,34%. Dari hasil tersebut berarti bahwa kemampuan modal sendiri untuk
menghasilkan keuntungan bersih menurun dari tahun ketahun.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas
perusahaan selama tiga tahun yaitu, dari tahun 2013 sampai dengan 2015, maka
disimpulkan bahwa rasio likuiditas dengan indikator current ratio selama tiga
tahun terakhir cenderung meningkat. Ini disebabkan karena kenaikan aktiva
lancar dibarengi dengan kenaikan hutang lancar.
Dari hasil analisis rasio
profitabilitas selama tiga tahun terakhir dari tahun 2013 sampai dengan 2015
maka dapat disimpulkan manajemen masih belum dapat memanfaatkan aktiva
perusahaan seefektif mungkin dan manajemen perusahaan yang masih kurang efisien
dalam melakukan pengendalian biaya-biaya tiap tahunnya.
Saran-saran
Rasio likuiditas yang telah dicapai harus dapat
dikendalikan dan dioptimalkan oleh perusahaan. Perusahaan harus mampu
menempatkan aktiva dan pasivanya dengan baik sehingga dapat terwujud struktur
finansial yang baik serta likuiditasnya yang selalu terjaga.
Rasio profitabilitas perusahaan
harus ditinggikan dengan cara menaikan volume penjualan dengan menekan
biaya-biaya operasi yang kurang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto, 2002, Dasar-dasar Pemebelanjaan
Perusahaan, Yayasan Penerbit Gajah mada Yogyakarta
Harahap,
Sofyan Syafri, 2011. Analisis kritis Atas laporan keuangan, Edisi
Pertama,Cetakan ke Empat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Toto
Prihardi, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PPM
Sennahati. “Analisis Likuiditas dan Profitabilitas
pada PT. Graha Sarana Duta di Makasar”. Jurnal Ekonomi Balance Fekon Unismuh
Makasar
www.idx.co.id