Sabtu, 18 Februari 2017

ANALISIS LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK.




Oleh :
Randy Putu Pratahama
28214897

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada PT. Astra International Tbk. dimana hasil analisis rasio likuiditas selama tigan tahun terakhir dengan indikator current ratio dengan indikator current ratio  selama tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Ini disebabkan karena kenaikan aktiva lancar dibarengi dengan kenaikan hutang lancar. Sedangkan rasio profitabilitas dengan menggunakan net profit matgin, asset turnover, return on investment, return on equity selama tiga tahun terakhir dari tahun 2013 sampai dengan 2015 maka dapat disimpulkan manajemen masih belum dapat memanfaatkan aktiva perusahaan seefektif mungkin dan manajemen perusahaan yang masih kurang efisien dalam melakukan pengendalian biaya-biaya tiap tahunnya.

PENDAHULUAN

Pada era perkembangan ekonomi saat ini banyak perusahaan yang bergerak pada bidang yang sejenis, hal ini membuat perusahaan untuk saling bersaing untuk membuat produk yang baik agar di sukai oleh konsumen dengan tujuan agar perusahaan bisa mendapatkan laba semaksimal mungkin. Dengan perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal maka akan terpenuhi pula kelangsungan bisnis dari perusahaan tersebut.
Untuk mengambil keputusan yang strategik para pelaku bisnis memerlukan informasi mengenai kondisi dari kinerja suatu perusahaan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan, para pemakai informasi  dapat mengenggunakan laporan keuangan untuk melakukan analisa terhadap baik atau tidaknya kondisi suatu perusahaan.
Dengan menjaga kelangsungan bisnis perusahaan harus mepertimbangkan beberapa faktor, antara lain faktor likuiditas dan profitabilitas, dua faktor tersebut mutlak sangat penting karena dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan. Likuiditas perusahaan menyangkut bagaimana kemampuan suatu perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Sedangkan profitabilitas perushaan menyangkut bagaimana  suatu perusahan menghasilkan laba atau keuntungan.
Jumlah alat pembayaran yang dimiliki suatu perusahaan kadang kala tidak cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya, oleh karena itu perusahaan harus memiliki jumlah alat pembayaran yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah kewajiban lancarnya dengan kata lain perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk membayar.
Namun sering terjadi perusahaan tidak mampu menyeimbangkan hal tersebut dimana suatu posisi likuiditas tidak memadai akibat perusahaan cenderung hanya untuk memaksimalkan labanya saja tanpa mengatur pengelolaan likuiditasnya atau karena perusahaan terlalu memperhatikan lukuiditas tanpa memperhatikan profitabilitasnya.

Rumusan Masalah
 Bagaimana pengaruh likuiditas dan profitabilitas pada PT. Astra International Tbk. selama 3 tahun terakhir mulai tahun 2013 sampai dengan 2015.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh likuiditas dan profitabilitas pada PT. Astra International Tbk. selama 3 tahun terakhir mulai tahun 2013 sampai dengan 2015.






METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data
            Agar penelitian ini berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh penulis maka di perlukan jenis dan sumber data sebagai berikut :
1.      Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif yang berupa angka-angka yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
2.      Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, data yang diperoleh dalam bentuk kuantitatif berupa laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba-rugi.
                         
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi lapangan, yaitu data sekunder diperoleh melalu situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id dan studi kepustakaan yang diperoleh melalui buku buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik Analisis
Teknik analisis dalam penelitian adalah dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, alat analisis yang digunakan adalah rasio likuiditas dan rasio  profitabilitas.
1.      Rasio Likuiditas
a.      Current ratio



b.      Quick ratio

c.       Cash ratio


2.      Rasio Profitabilitas
a.       Net Profit Margin


b.      Asset Turnover

c.       Return On Investment

d.      Return On Equity







HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Rasio Likuiditas
            Rasio likuiditas menggambarkan bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Rasio likuiditas suatu perusahaan sangat tergantung bagaimana perusahaan tersebut mengelola aktiva yang dimiliki.
            Untuk menganalisis tingkat likuiditas PT. Asta International Tbk. selama tiga tahun terakhir (tahun 2013-2015) penulis menggunakan current ratio, quick ratio, cash ratio.


1.         Current ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Cara menghitung current ratio yaitu membandingkan  aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin besar rasio menandakan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya demikian pula sebaliknya.

Tabel 1
Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Aktiva Lancar
88.352.000.000
97.241.000.000
105.161.000.000
Hutang Lancar
71.139.000.000
74.241.000.000
76.242.000.000
Sumber : Data olahan


Tahun 2013     =
                        = 124,2%

Tahun 2014     =
                        = 130,9%

Tahun 2015     =
                        = 137,9%


            Dari hasil analisis data di atas dapat dilihat current ratio perusahaan antara tahun 2013 sampai dengan 2015 sebagai berikut:

1.      Pada tahun 2013 current ratio  perusahaan 124,2% yang di peroleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp. 88.352.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 71.139.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 1.242,-
2.      Pada tahun 2014 current ratio  perusahaan mengalami peningkatan dari  124,2% pada tahun 2013 menjadi 130,9% yang di peroleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp. 97.241.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 1.309,-
3.      Pada tahun 2015 current ratio  perusahaan mengalami peningkatan dari  130,9% pada tahun 2014 menjadi 137,9% yang di peroleh dari perbandingan aktiva lancar sebesar Rp. 105.161.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 76.242.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 1.379,-
Berdasarkan hasil analisis current ratio  diatas dapat melihat bahwa likuiditas perusahaan, apabila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2013-2015 cenderung meningkat. Karena rata-rata current ratio diatas 100% dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam keadaan likuid atau perusahaan dapat menjamin semua hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang ada, dengan demikian perusahaan dapat melunasi kewajiban-kewajibannya yang segera jatuh tempo.

2.         Quick ratio
Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya atas aktiva yang paling likuid. Semakin besar rasio menandakan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Cara mengukur rasio ini dengan membandingkan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar
Tabel 2
Aktiva Lancar, Persediaan, Hutang Lancar
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Aktiva Lancar
88.352.000.000
97.241.000.000
105.161.000.000
Persediaan
14.443.000.000
16.986.000.000
18.337.000.000
Hutang Lancar
71.139.000.000
74.241.000.000
76.242.000.000
   Sumber : Data olahan

Tahun 2013     =
                        = 103,9%

Tahun 2014     =
                        = 108,1%

Tahun 2015     =
                        = 113,9%
Dari hasil analisis data di atas dapat dilihat quick ratio perusahaan antara tahun 2013 sampai dengan 2015 sebagai berikut:
1.      Pada tahun 2013 quick ratio  perusahaan 103,9% yang di peroleh dari perbandingan quick assets sebesar Rp. 73.909.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 71.139.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh quick assets sebesar Rp. 1039,-

2.      Pada tahun 2014 quick ratio  perusahaan mengalami peningkatan dari  103,9% pada tahun 2013 menjadi 108,1% yang di peroleh dari perbandingan quick assets sebesar Rp. 80.255.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh quick assets sebesar Rp. 1081,-
3.      Pada tahun 2015 quick ratio  perusahaan mengalami peningkatan dari  108,1% pada tahun 2014 menjadi 113,9% yang di peroleh dari perbandingan quick assets sebesar Rp. 86.824.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh quick assets sebesar Rp. 1139,-
Dari hasil analisis dapat dilihat tingkat likuiditas yang diukur dengan quick ratio pada tahun 2013-2015 berada diatas 100%. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan mampu menjamin semua hutang jangka pendeknya dengan quick assets pada saat jatuh tempo.

3.      Cash ratio
Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya  dengan kas dan setara kas. Semakin kecil rasio menandakan semakin kecil pula kemampuan perusahaann untuk memenuhi kewajiban finansialnya, yang dihitung dengan cara membandingkan kas dan setara kas dengan hutang lancar.





Tabel 3
Kas & setara kas, Hutang Lancar
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Kas & setara kas
18.557.000.000
20.902.000.000
27.102.000.000
Hutang Lancar
71.139.000.000
74.241.000.000
76.242.000.000
Sumber : Data olahan


Tahun 2013     =
                        = 25,5%

Tahun 2014     =
                        = 28,2%

Tahun 2015     =
                        = 35,5%

Dari hasil analisis data di atas dapat dilihat cash ratio perusahaan antara tahun 2013 sampai dengan 2015 sebagai berikut:
1.      Pada tahun 2013 cash ratio  perusahaan 25,5% yang di peroleh dari perbandingan kas&setara kas sebesar Rp. 18.157.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 71.139.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,255,-
2.      Pada tahun 2014 cash ratio  perusahaan mengalami peningkatan dari  25,5% pada tahun 2013 menjadi 28,2% yang di peroleh dari perbandingan kas&setara kas sebesar Rp. 20.902.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 74.241.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh ­cash assets sebesar Rp. 0,282,-
3.      Pada tahun 2015 current ratio  perusahaan mengalami peningkatan dari  28,2% pada tahun 2014 menjadi 35,5% yang di peroleh dari perbandingan kas&setara kas sebesar Rp. 27.102.000.000,- dengan hutang lancar sebesar Rp. 76.242.000.000,-. Hal ini berarti setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp. 0,355,-
Dari hasil analisis dapat dilihat tingkat likuiditas yang di ukur dengan cash ratio cenderung meningkat. Dengan hasil perhitungan yan diukur berada dibawah 100% artinya bahwa dana yang tertanam dalam perusahaan dapat digunakan untuk membayar hutang lancar yang segera harus dilunasi.


Analisis Rasio Profitabilitas
            Rasio profitabilitas menunjukan seberapa besar kamampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.
            Dengan menganalisa profitabilitas PT. Astra International Tbk. selama tiga tahun terakhir ( tahun 2013-tahun 2015), penulis menggunakan net profit margin, asset turnover, return on equity, return on investment

1.             Net Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio untuk membandingkan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atas volume penjualan semakin tinggi  net profit margin, maka semakin baik operasi dari suatu perusahaan tersebut.







Tabel 4
Laba Bersih, Penjualan Bersih
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Laba Bersih
22.297.000.000
22.131.000.000
15.613.000.000
Penjualan Bersih
193.880.000.000
201.701.000.000
184.196.000.000
   Sumber : Data olahan

Tahun 2013     =
                        = 11,5%

Tahun 2014     =
                        = 10,97%

Tahun 2015     =
                        = 8,47%

            Berdasarkan analisis net profit margin diatas, maka dapat di peroleh gambaran bahwa pada tahun 2013 net profit margin  sebesar 11,5%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1,- penjualan akan menghasilkan keuntungan bersih Rp. 0,1150
            Pada tahun 2014 terjadi penurunun yaiu dari 11,5% pada tahun 2013 turun menjadi 10,97% pada tahun 2014. Ini berarti setiap Rp. 1,- penjualan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,1097,-.
            Pada tahun 2015 terjadi penurunun yaiu dari 10,97% pada tahun 2014 turun menjadi 8,47% pada tahun 2015. Ini berarti setiap Rp. 1,- penjualan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,0847,-.
            Dari hasil perhitungan tersebut, tingkat net profit margin yang dicapai perusahaan selama tiga tahun terakhir menurun. Ini disebabkan oleh tingkat penjualannya yang mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir.

2.             Asset Turnover
Asset turnover merupakan rasio yang membandingkan penjualan bersih dengan total aktiva. Rasio ini menunjukan tingkat efisiensi aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

Tabel 5
Penjualan Bersih, Total aktiva
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Total Aktiva
213.994.000.000
236.027.000.000
245.435.000.000
Penjualan Bersih
193.880.000.000
201.701.000.000
184.196.000.000
   Sumber : Data olahan

Tahun 2013     =
                        = 0,90 kali

Tahun 2014     =
                        = 0,85 kali

Tahun 2015     =
                        = 0,75 kali

            Berdasarkan perhitungan diatas terlihat jelas bahwa total asset turnover dari tahun ketahun mengalami penurunan. Asset turnover yang dicapai perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar 0,90 kali
            Pada tahun 2014 terjadi penurunan asset turnover sebesar 0,90 pada tahun 2013 menjadi 0,85 kali pada tahun 2014. Sedangkan tahun 2015 juga mengalami penurunan sebesar 0,85 kali pada tahun 2014 menjadi 0,75 kali pada tahun 2015.
            Penurunan asset turnover dari tahun ketahun disebabkan karena adanya prosentase penurunan penjualan dibandingkan dengan prosentase kenaikan total aktiva.
3.             Return On Investment (ROI)
ROI merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan modal untuk memperoleh keuntungan bersih.

Tabel 6
Laba Bersih, Total aktiva
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Total Aktiva
213.994.000.000
236.027.000.000
245.435.000.000
Laba bersih
22.297.000.000
22.131.000.000
15.613.000.000
   Sumber : Data olahan

Tahun 2013     =   00%
                        = 10,42%

Tahun 2014     =
                        = 9,38%

Tahun 2015     = 00%
                        = 6,36%
            Dari hasil perhitungan diatas, maka didapat dilihat bahwa ROI tahun 2013 sebesar 10,41%, tahun 2014 sebesar 9,38%, dan tahun 2015 sebesar 6,36%. Kondisi ini menunjukan bahwa penggunaan aktiva perusahaan belum efisien dan rendahnya tingkat laba yang dihasilkan oleh keseluruhan penggunaan aktiva.
4.             Return On Equity (ROE)
  ROE merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba bersih atas modal sendiri dengan membandingkan laba bersih dengan total aktiva.
Tabel 7
Laba Bersih, Modal sendiri
Uraian
2013
(Rp)
2014
(Rp)
2015
(Rp)
Modal sendiri
106.188.000.000
120.187.000.000
126.553.000.000
Laba bersih
22.297.000.000
22.131.000.000
15.613.000.000
   Sumber : Data olahan

Tahun 2013     = 00%
                        = 20,99%

Tahun 2014     =
                        = 18,41%

Tahun 2015     = 00%
            = 12,34%

            Dari perhitungan diatas ,maka di dapat ROE tahun 2013 sebesar 20,99%, tahun 2014 sebesar 18,41%, tahun 2015 sebesar 12,34%. Dari hasil tersebut berarti bahwa kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bersih menurun dari tahun ketahun.
PENUTUP
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas perusahaan selama tiga tahun yaitu, dari tahun 2013 sampai dengan 2015, maka disimpulkan bahwa rasio likuiditas dengan indikator current ratio  selama tiga tahun terakhir cenderung meningkat. Ini disebabkan karena kenaikan aktiva lancar dibarengi dengan kenaikan hutang lancar.
            Dari hasil analisis rasio profitabilitas selama tiga tahun terakhir dari tahun 2013 sampai dengan 2015 maka dapat disimpulkan manajemen masih belum dapat memanfaatkan aktiva perusahaan seefektif mungkin dan manajemen perusahaan yang masih kurang efisien dalam melakukan pengendalian biaya-biaya tiap tahunnya.



Saran-saran
            Rasio likuiditas yang telah dicapai harus dapat dikendalikan dan dioptimalkan oleh perusahaan. Perusahaan harus mampu menempatkan aktiva dan pasivanya dengan baik sehingga dapat terwujud struktur finansial yang baik serta likuiditasnya yang selalu terjaga.
            Rasio profitabilitas perusahaan harus ditinggikan dengan cara menaikan volume penjualan dengan menekan biaya-biaya operasi yang kurang efektif.









DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto, 2002, Dasar-dasar Pemebelanjaan Perusahaan, Yayasan Penerbit Gajah mada Yogyakarta
Harahap, Sofyan Syafri, 2011. Analisis kritis Atas laporan keuangan, Edisi Pertama,Cetakan ke Empat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Toto Prihardi, 2011, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PPM
Sennahati. “Analisis Likuiditas dan Profitabilitas pada PT. Graha Sarana Duta di Makasar”. Jurnal Ekonomi Balance Fekon Unismuh Makasar
www.idx.co.id